Email : yehezkielsabana@gmail.com Alamat : Jln. Kol. H. Soetadji Rt. 016 Rw. 002 Kec. TANJUNG SELOR Kab. BULUNGAN Prov. KALTIM
Friday, December 3, 2010
Tuangkanlah Kreasimu di sini "Bersama Kita Pasti Bisa"
Kepada teman teman semua mohon bantuannya y tlong krimkn sya puisi, cerpen, pantun, atau sejenisnya agar kreasi teman teman dapat sya posting kn di glog sya. Teman teman dapat mengitimnya melalui e-mail sya "yehezkielsabana@gmail.com" atau dapat menelpon k nomor 085247556808 ditunggu y. khususnya bagi siswa siswi smansatase bulungan.
Friday, April 30, 2010
KEGIATAN PENGEMBANGAN SEKOLAH ADIWIYATA
Permasalahan lingkungan hidup saat ini bukan menjadi tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi segenap elemen masyarakat memiliki peran dan tanggung jawab yang sama. Satu diantara elemen masyarakat yang berperan penting dalam hal ini adalah lembaga pendidikan. Sekolah merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat yang mempunyai tugas dan tanggung jawab akan kualitas pendidikan dan bagian terintegrasi dalam pengembangan sumber daya manusia.
SMP Negeri 3 Balikpapan sebagai lembaga pendidikan bertanggung jawab terhadap perubahan prilaku siswa kearah yang lebih baik sesuai harapan orang tua, guru dan masyarakat. Salah satu prilaku yang diharapkan adalah bagaimana peserta didik memiliki kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup dalam hal ini sekolah berusaha merubah paradigma tentang kebersihan dan lingkungan hidup, yang dimulai dari pendidikan formal dengan harapan prilaku kalangan dunia pendidikan khususnya siswa siswi SMP Negeri 3 Balikpapan yang dapat memberikan dampak positif dimasyarakat sekitarnya.
A. Motivasi Sekolah Mengikuti Adiwiyata
Anak didik adalah generasi calon pemimpin bangsa untuk masa depan yang harus memiliki pola pikir dan perilaku yang berwawasan lingkungan global kepada setiap peserta didik sehingga menjadi individu yang peduli terhadap lingkungan dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidupnya, sehingga kualitas dan kuantitas hidup bangsa tercapai. Pembentukan karakter yang peduli dan berbudaya lingkungan menjadi prioritas dalam menyongsong era global yang menjadikan motivasi SMP Negeri 3 Balikpapan dalam mengikuti kegiatan Adiwiyata.
B. Harapan Sekolah SMP Negeri 3 Balikpapan
Berdasarkan kenyataan diatas, maka SMP Negeri 3 Balikpapan perlu mengembangkan kurikulum yang disusun sesuai visi dan misi serta pertimbangan komite sekolah, dengan tetap memperhatikan karakteristik peserta didik, potensi dan kondisi sekolah, yang mampu mewadai kepentingan nasional dan daerah untuk membangun kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian keikutsertaan SMP Negeri 3 Balikpapan dalam program Adiwiyata diharapkan dapat :
1. Melaksanakan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran warga sekolah dan masyarakat tentang nilai-nilai dan etika peduli dan berbudaya lingkungan serta permasalahannya.
2. Melaksanakan pengembangan kurikulum berbasis lingkungan sehingga dapat terwujud prilaku dan sikap setiap warga sekolah dan masyarakat menuju tumbuh kembangnya kepedulian terhadap perbaikan kualitas lingkungan dan kualitas hidupnya.
3. Tumbuhya kesadaran pada diri setiap warga sekolah dan mayarakat untuk mencegah dan mengurangi krisis lingkungan.
4. Menerapkan kebijakan dan pemanfatan sarana dan prasarana sekolah yang ramah dan berbudaya lingkungan.
5. Mewujudkan sekolah sebagai tempat pembelajaran yang kondusif bagi setiap warga sekolah dalam upaya pembentukan karakter sebagai pecinta, pelestari dan penyelamat lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan.
C. Potensi Kedepan PLH
SMP Negeri 3 Balikpapan memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam pelaksanaan program Adiwiyata sebagai berikut :
1. Animo pendaftar siswa baru melebihi daya tampung sekolah setiap tahun
2. Jumlah rombongan belajar 30 kelas
3. Letak SMP Negeri 3 Balikpapan yang strategis, sehingga mudah di jangkau oleh seluruh komponen masyarakat.
4. Memiliki luas lahan sekolah kurang lebih 2 ha.
5. Kondisi lingkungan sekolah yang dapat di kembangkan berbagai macam kegiatan pengadaan kebun / pertanian seperti :
- Menanam sayur – sayuran
- Memiliki kebun kayu jati yang subur
- Memiliki apotik hidup
- Memiliki ruang UKS
- Menanam berbagai macam buah – buahan
- Memiliki taman sekolah yang hijau
- Memiliki Botanical Garden
6. Memiliki tempat peternakan lele jumbo
7. Memiliki kantin sehat
8. Memiliki barbagai sarana olah raga
9. Memiliki karyawan dan guru yang cukup untuk pelaksanaan Adiwiyata
10. Memiliki tempat ibadah yang memadai
11. Memiliki hubungan kerja sama dengan dinas kebersihan kota
D. Kendala Sekolah dalam Pelaksanaan Program Adiwiyata
Beberapa kendala yang dihadapi SMP Negeri 3 Balikpapan dalam pelaksanaan Program Adiwiyata yaitu :
1. Ada sejumlah siswa yang masih belum memiliki kesadaran akan pentingnya hidup bersih seperti membuang sampah/bungkus permen disembarang tempat
2. Konstruksi tanah yang tidak stabil sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman di lingkungan sekolah
3. Peran lingkungan masyarakat yang kurang mendukung program adiwiyata di sekolah
4. Pagar sekolah yang kurang memadai
Thursday, April 29, 2010
R A Kartini
Ayah Kartini, R.M. Sosroningrat.
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[2], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini bersama suaminya, R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat (1903).
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Tuesday, April 27, 2010
Hari Bumi
Tiga puluh tahun yang lalu pada 22 April 1970, hari bumi untuk pertama kalinya diselenggarakan di Amerika Serikat, atas prakarsa seorang senator, . Embrio gagasan hari bumi dimulai sejak ia menyampaikan pidatonya di Seattle tahun 1969, tentang desakan untuk memasukkan isu-isu kontroversial, dalam hal ini lingkungan hidup, dalam kurikulum resmi perguruan tinggi mengikuti model “teach in” yaitu sessi kuliah tambahan yang membahas tema-tema kontroversial yang sedang hangat, khususnya tema lingkungan hidup.
Ternyata masyarakat menyambut baik ide ini, sehingga gerakan lingkungan benar-benar semarak, dan timbul arus gerakan yang lebih besar dengan dicanangkannya Hari Bumi .
Dukungan ini terus membesar dan memuncak dengan menggelar peringatan Hari Bumi yang monumental. ketika jutaan orang turun ke jalan, berdemonstrasi dan memadati Fifth Avenue di New York dengan mengacungkan tinju kemarahan kepada para perusak bumi. Tidak kurang dari 1500 perguruan tinggi dan 10.000 sekolah berpartisipasi dalam unjuk rasa di New York, Washington dan San Fransisco. Majalah TIME memperkirakan bahwa sekitar 20 juta orang turun ke jalan pada 22 April 1970.
Nelson menyebutkan fenomena ini sebagai ledakan akar rumput yang sangat mencengangkan’ dimana : ” Masyarakat umum sungguh peduli dan Hari Bumi menjadi kesempatan pertama sehingga mereka benar-benar dapat berpartisipasi dalam suatu demonstrasi yang meluas secara nasional, dan dengan itu menyempaikan pesan yang serius dan mantap kepada para politisi untuk bangkit dan berbuat sesuatu “.
Menurut berbagai analisis ledakan ini muncul karena bergabungnya generasi pemrotes tahun 60-an (bagian terbesar adalah pelajar, mahasiswa, sarjana) yang terkenal sebagai motor gerakan anti-perang, pembela hak-hak sipil yang radikal. Sebuah perkawinan antara pemberontakan 60-an dan kesadaran lingkungan tahun 60-an.
Kesadaran terhadap lingkungan hidup pada masyarakat di Amerika Serikat mulai tergugah semenjak diterbitkannya buku “Silent Spring” karya Rachel Carson pada tahun 1962. Buku ini mengangkat seputar permasalahan lingkungan hidup yang sedang terjadi dan akan membahayakan manusia. Sejak beredarnya buku ini bermunculanlah berbagai kelompok yang bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan hidup.
Hari Bumi yang pertama ini di Amerika Serikat merupakan klimaks perjuangan gerakan lingkungan hidup tahun 60-an untuk mendesak masuk isu lingkungan sebagai agenda tetap nasional. Kini peringatan Hari Bumi telah menjadi sebuah peristiwa global. Para pelaksana peringatan Hari Bumi menyatukan diri dalam jaringan global masyarakat sipil untuk Hari Bumi yakni EARTH DAY NETWORK yang berpusat di Seattle.
Puncaknya, yaitu saat kelompok-kelompok ini berhasil menggerakkan jutaan orang untuk turun ke jalan dalam pencanangan Hari Bumi pada 22 April 1970. Saat itu sebenarnya ada beberapa tema lain selain masalah penyelamatan lingkungan hidup, antara lain masalah anti perang Vietnam, masalah anti rasial, dan beberapa permasalahan sosial yang lain. Namun masyarakat Amerika saat itu lebih memfokuskan gerakan aksi besar-besaran ini pada tema lingkungan hidup yang dibawakan sebagai pesan terhadap kalangan politisi dan pemerintah untuk memperhatikan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kelestarian lingkungan hidup.
Dari keberhasilan gerakan Hari Bumi pertama kali pada tahun 1970 di Amerika, lahirlah berbagai kelompok besar pelestari lingkungan hidup, antara lain Environmental Action (di Washington, 1970), kelompok Greenpeace (kelompok pelestari lingkungan yang cukup radikal dan militan, lahir pada tahun 1971), Environmentalist for Full Employment (kelompok penentang industrialisasi, lahir tahun 1975), Worldwatch Institute (pusat penelitian dan studi yang mengumpulkan berbagai informasi ancaman lingkungan global, lahir tahun 1975), dan masih banyak lagi kelompok-kelompok pemerhati lingkungan yang lain.
Semenjak dicanangkannya Hari Bumi pada tahun 1970, kelompok-kelompok yang bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan hidup di Amerika mengalami peningkatan jumlah anggota dengan sangat pesat, antara lain :
(Kelompok) Audubon Society th 1962 : 41.000 orang th 1970 : 81.500
Izaak Walton League th 1966 : 52.600 orang th 1970 : 53.600
National Wildlife Federation th 1966 : 271.900 orang th 1970 : 540.000
Sierra Club th 1959 : 20.000 orang th 1970 : 113.000
Wilderness Society th 1964 : 27.000 orang th 1970 : 54.000
Namun lepas dari semua sejarah mengenai hari bumi, tidak terlalu penting. Yang paling penting adalah bagaimana umat manusia untuk tetap menjaga dan menyelamatkan bumi kita ini dari kehancuran .
Dan semua itu kita lakukan tidak hanya pada Hari Bumi saja, tetapi juga setiap saat.
Sebagai informasi tambahan, peristiwa lain yang terjadi di 22 April, adalah:
* Tahun 1529: Perjanjian Saragosa ditandatangani, membagi belahan bumi timur antara Spanyol dan Portugal dengan batas garis bujur 17° sebelah timur Kepulauan Maluku.
* Tahun 1578: Kerajaan Sumedang Larang berdiri sekaligus menandai berdirinya Sumedang.
* Tahun 1724: Kelahiran Immanuel Kant, filsuf Jerman, wafat 1804.
* Tahun 1870: Vladimir Illich Ulyanov, kelak dikenal sebagai Vladimir Lenin lahir di Simbirsk Rusia
Ternyata masyarakat menyambut baik ide ini, sehingga gerakan lingkungan benar-benar semarak, dan timbul arus gerakan yang lebih besar dengan dicanangkannya Hari Bumi .
Dukungan ini terus membesar dan memuncak dengan menggelar peringatan Hari Bumi yang monumental. ketika jutaan orang turun ke jalan, berdemonstrasi dan memadati Fifth Avenue di New York dengan mengacungkan tinju kemarahan kepada para perusak bumi. Tidak kurang dari 1500 perguruan tinggi dan 10.000 sekolah berpartisipasi dalam unjuk rasa di New York, Washington dan San Fransisco. Majalah TIME memperkirakan bahwa sekitar 20 juta orang turun ke jalan pada 22 April 1970.
Nelson menyebutkan fenomena ini sebagai ledakan akar rumput yang sangat mencengangkan’ dimana : ” Masyarakat umum sungguh peduli dan Hari Bumi menjadi kesempatan pertama sehingga mereka benar-benar dapat berpartisipasi dalam suatu demonstrasi yang meluas secara nasional, dan dengan itu menyempaikan pesan yang serius dan mantap kepada para politisi untuk bangkit dan berbuat sesuatu “.
Menurut berbagai analisis ledakan ini muncul karena bergabungnya generasi pemrotes tahun 60-an (bagian terbesar adalah pelajar, mahasiswa, sarjana) yang terkenal sebagai motor gerakan anti-perang, pembela hak-hak sipil yang radikal. Sebuah perkawinan antara pemberontakan 60-an dan kesadaran lingkungan tahun 60-an.
Kesadaran terhadap lingkungan hidup pada masyarakat di Amerika Serikat mulai tergugah semenjak diterbitkannya buku “Silent Spring” karya Rachel Carson pada tahun 1962. Buku ini mengangkat seputar permasalahan lingkungan hidup yang sedang terjadi dan akan membahayakan manusia. Sejak beredarnya buku ini bermunculanlah berbagai kelompok yang bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan hidup.
Hari Bumi yang pertama ini di Amerika Serikat merupakan klimaks perjuangan gerakan lingkungan hidup tahun 60-an untuk mendesak masuk isu lingkungan sebagai agenda tetap nasional. Kini peringatan Hari Bumi telah menjadi sebuah peristiwa global. Para pelaksana peringatan Hari Bumi menyatukan diri dalam jaringan global masyarakat sipil untuk Hari Bumi yakni EARTH DAY NETWORK yang berpusat di Seattle.
Puncaknya, yaitu saat kelompok-kelompok ini berhasil menggerakkan jutaan orang untuk turun ke jalan dalam pencanangan Hari Bumi pada 22 April 1970. Saat itu sebenarnya ada beberapa tema lain selain masalah penyelamatan lingkungan hidup, antara lain masalah anti perang Vietnam, masalah anti rasial, dan beberapa permasalahan sosial yang lain. Namun masyarakat Amerika saat itu lebih memfokuskan gerakan aksi besar-besaran ini pada tema lingkungan hidup yang dibawakan sebagai pesan terhadap kalangan politisi dan pemerintah untuk memperhatikan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kelestarian lingkungan hidup.
Dari keberhasilan gerakan Hari Bumi pertama kali pada tahun 1970 di Amerika, lahirlah berbagai kelompok besar pelestari lingkungan hidup, antara lain Environmental Action (di Washington, 1970), kelompok Greenpeace (kelompok pelestari lingkungan yang cukup radikal dan militan, lahir pada tahun 1971), Environmentalist for Full Employment (kelompok penentang industrialisasi, lahir tahun 1975), Worldwatch Institute (pusat penelitian dan studi yang mengumpulkan berbagai informasi ancaman lingkungan global, lahir tahun 1975), dan masih banyak lagi kelompok-kelompok pemerhati lingkungan yang lain.
Semenjak dicanangkannya Hari Bumi pada tahun 1970, kelompok-kelompok yang bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan hidup di Amerika mengalami peningkatan jumlah anggota dengan sangat pesat, antara lain :
(Kelompok) Audubon Society th 1962 : 41.000 orang th 1970 : 81.500
Izaak Walton League th 1966 : 52.600 orang th 1970 : 53.600
National Wildlife Federation th 1966 : 271.900 orang th 1970 : 540.000
Sierra Club th 1959 : 20.000 orang th 1970 : 113.000
Wilderness Society th 1964 : 27.000 orang th 1970 : 54.000
Namun lepas dari semua sejarah mengenai hari bumi, tidak terlalu penting. Yang paling penting adalah bagaimana umat manusia untuk tetap menjaga dan menyelamatkan bumi kita ini dari kehancuran .
Dan semua itu kita lakukan tidak hanya pada Hari Bumi saja, tetapi juga setiap saat.
Sebagai informasi tambahan, peristiwa lain yang terjadi di 22 April, adalah:
* Tahun 1529: Perjanjian Saragosa ditandatangani, membagi belahan bumi timur antara Spanyol dan Portugal dengan batas garis bujur 17° sebelah timur Kepulauan Maluku.
* Tahun 1578: Kerajaan Sumedang Larang berdiri sekaligus menandai berdirinya Sumedang.
* Tahun 1724: Kelahiran Immanuel Kant, filsuf Jerman, wafat 1804.
* Tahun 1870: Vladimir Illich Ulyanov, kelak dikenal sebagai Vladimir Lenin lahir di Simbirsk Rusia
Subscribe to:
Posts (Atom)